Memayu Hayuning Bawono

Tansah Eling Lan Waspodo

Jumat, 24 Desember 2010

Semar

Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.

By : Jacks Padmalukito

Wayang Bathoro

Wayang Kurowo
Prabu Duryudana (1)Minolta DSC

Wayang Mahabharata



Kamis, 02 Desember 2010



Jatidiri dan Sifat Kepemimpinan Kresna

Orang mempelajari cerita pewayangan kebanyakan perhatiannya tertuju kepada judul cerita dan isi pokok ceritanya. Tetapi orang sering ingin mempelajari lebih dalam, ingin mengetahui unsur-unsur cerita yang membentuk struktur ceritanya, unsur yang menjadi perhatian mereka antara lain tema dan tokoh.


Sri Bathoro Kresno ( 02 )


Nama Kresna didapat dalam Regweda. Diceritakan, Kresna muncul sebagai anak Dewaki yang pandai dan bijaksana. Ada lagi nama Kresna, nama seorang resi anak laki-laki Wiswaka. Dewa besar bernama Kresna bersama sepuluh ribu pengikut melakukan pengrusakan, kemudian dikalahkan oleh Indra. Dalam syair Weda diceritakan limapuluh ribu Kresna terbunuh. Dalam mitologi India diceritakan Kresna adalah pahlawan paling cemerlang, dewa paling populer. Ia adalah awatara Wisnu yang kedelapan, bahkan dikatakan jelmaan Dewa Wisnu. Kresna juga dikenala dalam banyak legenda dan fable, hidup dalam cerita epos. Kresna ikut mengambil bagian dalam cerita Mahabharata. Cerita-cerita pendek banyak yang mengangkat Kresna sebagai dewa.

By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 03 )

Tragedi bangsa Yadawa

Kresna menghadiri perjudian antara Yudhistira dengan keluarga Korawa. Ketika Draupadi dipertaruhkan dan kalah, ia ditarik oleh Duhsasana masuk ke balai agung. Duhsasana melucuti pakaian Draupadi, tetapi Kresna segera menggantikan pakaian yang dilepas itu. Karena kalah berjudi, Pandawa dibuang ke hutan. Setelah berakhir masa pembuangan bagi para Pandawa, Kresna hadir dalam perundingan dan menganjurkan penyelesaian secara damai. Kresna kembali ke Dwaraka, Arjuna dan Duryodhana mengikutinya. Masing-masing berusaha untuk menarik Kresna agar berpihak kepadanya. Kresna menolak ajakan mereka, ia tidak akan aktip dalam perang yang mungkin terjadi, sebab ia mempunyai hubungan saudara terhadap mereka. Ia mengajukan usul, 

 By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 04 )

Sang Petualang

Kresna pernah berkelahi dengan ular besar Kaliya yang tinggal di sungai Yamuna. Ular tersebut dipaksa pergi dari sungai tersebut.
Pada waktu para gadis pemerah susu sedang mandi, Kresna melarikan pakaian mereka, lalu memanjat pohon. Dengan telanjang gadis-gadis itu mengejar dan merebut pakaian mereka.
Kresna membujuk agar Nanda dan para gembala berhenti memuja Indra, mereka disuruh memuja gunung Gowardana. Kresna mengangkat gunung Gowardana dan ditopang dengan jari tangannya, kemudian untuk berlindung selama tujuh hari. Karena kehebatannya itu Kresna mendapat sebutan Gowardanadhara dan Tungisa. Sebagai pelindung lembu, Indra menyatakan puas hati, lalu memberi sebutan Upendra.
Pada waktu Kresna menginjak masa dewasa, para gadis penggembala jatuh cinta kepadanya. Ia mengawini tujuh atau delapan di antara mereka., tetapi isteri yang pertama dan sangat disayangi hanyalah Rada. Pada masa kehidupannya itu Kresna digambarkan dengan rambut berombak, sebuah seruling ditangannya. Salah satu acara pengisi waktu Kresna sering menari bersama Rada, para gadis lain ikut menari di sekelilingnya. Tarian itu bernama Mandalanritya atau Rasamandala.
Kamsa selalu mengirimkan iblis untuk mengganggu Kresna. Pernah disuruhnya Arista dan Kesin dalam wujud banteng dan kuda untuk membunuh Kresna. Setelah usaha Kamsa gagal, Balarama dan Kresna diundang supaya datang ke Mathura untuk menghadiri beberapa acara pertandingan. Kamsa telah bersiap-siap untuk menghancurkannya. Balarama dan Krersna menerima undangan itu, lalu pergi ke Mathura. Sampai di batas kota mereka berjumpa tukang cuci abdi Kamsa. Cucian ditumpahkan, Balarama dan Kresna dicacimaki. Tukang cuci dibunuh, pakaian yang baik diambil lalu dipakainya.
Kresna berjumpa Kubya, gadis bungkuk yang membawa minyak jebad. Gadis itu dibuatnya dapat berdiri tegak.
Balarama dan Kresna menghadiri upacara pertandingan. Kresna membunuh Chamura pendekar raja Mathura. Kemudian berhasil membunuh Kamsa. Ugrasena diminta naik tahta kembali. Kresna tinggal di Mathura belajar seni berperang kepada Sandipani.
Kresna pergi ke neraka menjemput enam saudaranya yang dibunuh oleh Kamsa sewaktu masih bayi. Bayi-bayi itu setelah menikmati susu ibu, lalu naik ke nirwana.
Kresna pernah membunuh iblis bernama Pancajana yang menyerang anak gurunya. Iblis itu tinggal di laut dalam wujud kerang. Kresna menggunakan kerang untuk terompet dan diberi nama Pancajanya.
Kedua isteri Kamsa adalah anak perempuan Jarasanda raja Magada. Raja Magada itu mengumpulkam pasukan untuk menyerang Mathura, tetapi dapat dikalahkan oleh Kresna. Delapanbelas kali raja Magada berusaha untuk membunuh Kresna, tetapi tidak pernah berhasil. Raja itu dapat dikalahkan oleh Kresna.
Musuh baru bernama Kalayawana mengancam Kresna. Kresna merasa tidak mampu, lalu pindah ke Guzarat dan membangun kota Dwaraka. Selama bermukim di Dwaraka, Kresna melarikan Rukmini dan memperisterinya. Rukmini anak raja Widarba itu telah ditunangkan dengan Sisupala. Kisah lain yang menceritakan perkawinan Kresna. Seorang perwira Yadawa bernama Satrajit mempunyai permata indah bernama Syamantaka. Kresna sangat mencintainya. Pengawasan permata itu diserahkan kepada Prasena. Tetapi Prasena kemudian meninggal karena seekor singa hutan. Singa dibunuh oleh Jambawat raja beruang. Satrajit mendakwa Kresna melarikan permata. Untuk membersihkan diri Kresna masuk ke hutan untuk menyelidiki kematian Prasena. Kresna bertemu Jambawat dan berhasil merebut permata. Kemudian Kresna memperistri Jambawati anak perempuan Jambawat, dan juga memperisteri Satyaboma anak Satrajit.
Kresna mempunyai isteri 16.000 lebih dan beranak 180.000 anak laki-laki. Dari Rukmini lahir anak laki-laki bernama Pradyumna dan anak perempuan bernama Carumati. Perkawinannya dengan Jambawati beranak Samba, dengan Satyaboma beranak sepuluh anak laki-laki.
Indra datang kepada Kresna minta bantuan untuk menumpas iblis Naraka. Kresna bersedia, lalu pergi ke kerajaan Naraka. Mula-mula berhasil membunuh iblis Muru penjaga kota, kemudian membunuh Naraka.
Kresna berkunjung ke istana Indra bersama Satyaboma, atas usul Satyaboma, Kresna mencabut pohon Parijata yang termashur, berasal dari buih air laut. Pohon itu Saci isteri Indra. Saci mengadu kepada Indra. Indra menyusun kekuatan untuk merebut pohon itu, tetapi tidak berhasil, bahkan kalah melawan Kresna.
Pradyumna mendapatkan anak laki-laki bernama Arimuda. Arimuda dicintai oleh Usa anak Bana. Usa minta bantuan sahabatnya untuk melarikan Arimuda dan Kresna. Balarama dan Pradyumna berusaha menyelamatkannya. Bana dibantu Siwa dan Skanda menghadang mereka. Kresna dengan senjata bius membuat Siwa menjadi lengah. Siwa berhasil dikalahkannya. Skanda cedera, Bana bertempur dengan gigih, akhirnya luka parah. Atas permintaan Siwa, Bana diampuninya, Arimuda dilepaskannya.
Panudraka adalah laki-laki keturunan tokoh bernama Wasudewa. Karena ia keturunan Wasudewa yang sama nama dengan ayah Kresna, lalu membuat lambang-lambang Kresna. Ia bersekutu dengan raja Kasi atau Benares. Kresna membunuh Panudraka dan meluncurkan senjata cakra yang bernyala-nyala untuk membinasakan negara Kasi. 
Kresna sungguh terkenal dan mempunyai banyak sebutan atas hubungan keluarga, petualangan dan watak pribadinya.

Sri Bathoro Kresno ( 05 )

Cerita kelahiran dan masa remaja Kresna dimuat dalam kakawin Kangsa (Naskah Kirtya No. 844) Basudewa raja Mathura menguasai bangsa Yadu, Wresni dan Andhaka. Basudewa mempunyai saudara nak-sanak bernama Kangsa yang lahir dari rasaksi Pragamini, keturunan Lawana. Setelah menjadi raja Kangsa amat kejam, menindas bangsa Yadu. Wisnu menjelma lewat Dewaki atau Raiwati isteri kedua Basudewa, Basuki lewat Rohini isteri Basudewa yang pertama. 
 
 By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 06 )

Ketika Arjuna menggembara di hutan bertemu dengan Kresna di gunung Raiwataka. Mereka menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh golongan Yadu, seraya mendengarkan kemerduan suara gamelan. Dalam pesta itu Arjuna melihat Subhadra adik Baladewa. Arjuna terpesona melihat kecantikan Subhadra. Kresna tahu, bahwa Arjuna tertarik kepada Subhadra, lalu disuruh melarikannya. Setelah Arjuna berhasil melarikan Subhadra, Baladewa marah, merasa dihina oleh Arjuna. 

By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 07 )

Di tengah medan pertempuran Baratayuda Kresna menasihati Harjuna
agar menuntaskan peperangan walaupun harus menghadapi saudaranya.
Nasihat tersebut lebih dikenal dengannama Bagawadgita.
(lukisan tinta di atas kertas tahun 2006 karya Herjaka HS) 
Kresna kembali menemui Kunthi, melapor hasil perundingan, bahwa Suyodhana menginginkan perang. Kunthi berpesan agar 

By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 08 )

Kelahiran Kangsa

Raja Darmaji berusaha mencari mahkota Bathara Rama, lalu pergi ke kerajaan Dwarawati. Ketika raja Darmaji datang, raja Dwarawati, Ditya Kresna sedang dihadap oleh Patih Muksamuka, Murkabumi, Muksala, Karungkala dan Gelapsara. Ditya Kresna menyapa dan bertanya maksud kedatangan Darmaji. Raja Darmaji meminta mahkota Bathara Rama yang dipakai Ditya Kresna. Namun Ditya Kresna tidak mau memberikannya, maka terjadilah perkelahian. Raja Darmaji mati karena digigit, dan putus perutnya.
By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 09 )

Penjelmaan Whisnu

Di dalam pembicaraan dengan Harya Prabu Rukma dan Ugrasena, Raja Basudewa menyatakan kesedihannya karena memikirkan dambaan ketiga isterinya yang sangat ingin segera melahirkan anak. Karena rasa prihatin tersebut, sang raja semakin tekun bersemadi. Pada suatu saat Dewa memberi petunjuk agar raja berburu ke hutan Kumbina. Di hutan itulah raja akan memperoleh sarana bagi isteri-isterinya agar segera mengandung dan berputra. Patih Yudawangsa mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan perburuan. Sementara Harya Rukma dan Ugrasena diperintahkan mempersiapkan prajurit pengawal raja.

 
By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 10 )

Mendung di Manduro

Di antara tiga isteri Basudewa yang cantik-cantik, yaitu Dewi Rohini, Dewi Dewaki dan Dewi Mahera, Dewi Maheralah yang paling mempunyai daya tarik. Oleh karenanya banyak raja yang mengincar Dewi Mahera. Dewi Mahera meyadari akan hal itu, namun ia tidak tahu pasti kejadian yang akan menimpa dirinya. Di suatu sore ketika sedang berbincang-bincang dengan para abdi, 
 
By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 11 )

Perkawinan Kresno

Kresna dikenal mempunyai tiga isteri, yaitu Rukmini, Setyaboma dan Jembawati. Namun ada sebuah cerita yang menyebutkan bahwa Kresna juga beristeri Pertiwi. Rupanya pendapat itu berbaur dengan cerita perkawinan Wisnu dengan Pertiwi.

 
 By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 12 )

Narayana san menantu

Raja Bismaka duduk di atas singgasana, dihadap oleh Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa serta para menteri Negara Kumbina. Tidak beberapa lama, datanglah raja Duryodana mengawal Pendeta Drona, untuk melamar Dewi Rukmini. Raja menerima kedatangan mereka dengan hormat. Setelah mengutarakan maksudnya, Raja 
 
By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 13 )

Narayana dan Setyaboma

Setyajid, raja Lesanpura, duduk di atas singgasana, dihadap oleh Setyaki, Setyadarma dan pegawai istana. Raja memberitahu rencana perjodohan Setyaboma dengan Pendeta Drona di Sokalima. Tengah mereka berbicara datanglah Patih Prabawa, utusan dari kerajaan Mandura, menyampaikan surat dari Prabu Baladewa.

Isi surat menerangkan bahwa Erawati, istri raja Baladewa, jatuh sakit. Sekarang ia beristirahat di pesanggrahan Randhukumbala. Setyaboma didambakan kehadirannya untuk menjenguk Erawati. Patih Prabawa kembali ke Mandura. Raja Setyajid menemui permaisuri yang sedang duduk bersama Setyaboma. Raja memberi tahu tentang kabar Erawati yang sedang sakit, dan minta agar Setyaboma datang menjenguknya. Setyaboma dengan senang berangkat ke Randhukumbala. Setyaki dan Setyadarma mengiringnya.

Dikisahkan, raja Dwarawati yang bernama Yuda Kalakresna sedang jatuh cinta kepada Setyaboma. Raja itu menulis surat lamaran. Raksasa Kalarumba diperintahkan untuk menyampaikannya kepada raja Setyajid. Kalarumba berangkat, dikawal Togog dan Sarawita. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan Lesanpura yang akan pergi ke Randhukumbala. Maka terjadilah perselisihan, raksasa Kalarumba lalu menyimpang, masuk ke hutan. Mereka takut menghadapi amukan Setyaki. Rombongan Lesanpura berlanjut ke Randhukumbala.

Telah lama Pamade tinggal di pertapaan Wukir Retawu. Bagawan Abiyasa menyuruh agar Pamade kembali ke Ngamarta. Pamade menurut perintah sang bagawan, lalu mohon restu berangkat ke Ngamarta. Para panakawan mengawalnya. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan prajurit raksasa Dwarawati yang dipimpin oleh Kalarumba. Mereka saling bertanya, berselisih dan terjadilah perkelahian. Raksasa kalah. Togog dan Sarawita pun kembali ke Dwarawati.

Setyaboma dan rombongan tiba di pesanggrahan Randhukumbala. Mereka disambut oleh raja Baladewa. Setyaboma disuruh masuk ke istana keputren menemui Erawati, sedang Setyaki ditemui oleh raja Baladewa sendiri. Setelah masuk di istana keputren, Setyaboma terkejut bercampur takut, sebab yang dijumpai sakit bukan Erawati, melainkan Narayana. Setyaboma akan lari, tetapi ditahan Narayana. Narayana berkata bahwa sangat sayang bila Setyaboma yang gadis remaja akan dikawinkan dengan Pendeta Drona yang tua itu. Setyaboma jatuh cinta kepada Narayana. Mereka duduk berdampingan dan berjanji saling mencintai.

Sementara itu Setyaki mabuk oleh minuman sehingga tidak mengetahui peristiwa yang terjadi. Setelah sadar dan mengetahui tipu muslihat raja Baladewa dan Narayana, Setyaki pun menjadi marah. Ia hendak menyerang raja Baladewa. Raja Baladewa mengatakan bahwa tipu muslihat itu dilakukan demi terbebasnya Setyaboma dari tangan Korawa. Setyaki tidak setuju dengan akal demikian itu. Raja Baladewa diserangnya, tetapi sang raja berusaha menghindari perselisihan. Ketika Setyaki melihat Setyaboma duduk berdampingan dengan Narayana, hilanglah rasa marahnya. Ternyata Setyaboma mencintai Narayana. Ia menghormat dan minta maaf. Setyaki diutus ke Ngastina agar memberitahu kepada warga Korawa bahwa perkawinan Setyaboma harus melalui sayembara. Siapa yang mampu mengalahkan raja Baladewa dan mematahkan dua lengannya diperbolehkan memperistri Setyaboma.

Setyaki segera pergi ke Ngastina, menyampaikan sayembara yang harus dipenuhi oleh raja Duryudana dan Pendeta Drona. Kemudian Setyaki kembali ke Randhukumbala. Raja Duryodana mengijinkannya, beberapa warga Korawa disuruh membantunya. Setelah tiba di Randhukumbala, Pendeta Drona mengajukan permintaan bahwa para Korawalah yang mewakilinya. Raja Baladewa menerima usul Pendeta Drona. Ia menyuruh warga Korawa mengeroyoknya tapi ternyata Raja Baladewa tidak terkalahkan.

Pendeta Drona pun lari ke Ngamarta, menghadap raja Yudhistira. Pendeta Drona minta kesediaan Bima untuk mewakilinya mengikuti sayembara mengalahkan raja Baladewa. Raja Yudhistira mengijinkan, dan Bima menyanggupinya. Mereka meninggalkan Ngamarta, dan pergi menuju ke Randhukumbala. Pamade menyertainya. Raja Baladewa menerima kedatangan Bima, lalu mereka beradu kesaktian. Lama mereka berkelahi, akhirnya capai dan jatuh pingsan. Narayana dan Sumbadra datang dan menangisi Baladewa. Sedangkan Pamade menangisi Bima.

Tengah mereka bertangisan datanglah penjaga istana keputren, lalu memberi tahu bahwa Setyaboma dilarikan Raseksi. Baladewa dan Bima sadar, lalu mereka berunding untuk mengejar pencuri. Pamade ditugaskan mencari pencuri itu. Bima dan Narayana mengikutinya.

Setyaboma telah berhasil dibawa sampai Negara Dwarawati oleh Raseksi Rini. Kemudian diserahkannya kepada raja Yuda Kalakresna. Setyaboma disuruh masuk ke istana. Ketika masuk di istana, ternyata Narayana telah datang dan siap menyambutnya. Setyaboma disimpan dalam cincin Narayana. Raja Yuda Kalakresna menyerangnya, tetapi akhirnya mati terbunuh. Prajurit Dwarawati mengamuk namun dapat dipadamkan oleh Bima dan Pamade. Sang Hyang Narada datang, menjunjung perintah Sang Hyang Girinata, agar Narayana naik tahta di Dwarawati dengan gelar Prabu Kresna. Sang Hyang Narada kembali ke Kahyangan.

Narayana, Bima dan Pamade kembali ke Lesanpura dan menyerahkan Setyaboma kepada raja Setyajid. Raja mengijinkan putrinya, Setyaboma, dipersunting oleh Narayana.

Raja Duryodana yang kecewa lalu memerintahkan warga Korawa menyerang Lesanpura dan merebut Setyaboma. Serangan prajurit Korawa dilawan oleh Pamade dan Bima, maka seketika musuh kembali ke Ngastina.

Sri Bathoro Kresno ( 14 )

Narayana dan Jambawati

Para Pandhawa hidup menyamar di Wanamarta. Yudhisthira menyamar sebagai brahmana Dwijakangka, Bima menjadi algojo bernama Jagalbilawa, Arjuna menjadi guru tari bernama Kandhiwratnala, Nakula menjadi pemelihara kuda bernama Pinten atau Dama, Sadewa menjadi gembala bernama Tangsen atau Granti. 

By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 15 )

Narayana Vs Kangsa

Kresna banyak terlibat dalam beberapa cerita, berkedudukan sebagai tokoh sampingan, tokoh pelengkap dan tokoh utama. Berikut ini beberapa cerita yang melibatkan Kresna sabagai tokoh utama. Cerita permusuhan Narayana dengan Kangsa dimuat dalam beberapa cerita atau lakon. Antara lain dalam cerita Kangsadewa, Kangsa Adu Jago dan Kangsa Adu-adu. Isi ketiga cerita itu hampir 

By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 16 )

Sementara itu Narayana telah sempurna berguru kepada Bagawan Padmanaba di gunung Giripura. Bagawan Padmanaba menganugerahkan kembang Wijayakusuma dan senjata Cakrabaskara. Kemudian sang bagawan merasuk menyatu dengan Narayana. Setelah menerima senjata sakti itu, Narayana pergi ke gunung Argasonya mencari Kakrasana. Kakrasana telah menerima 
 
 By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 17 )

Rama Nitis

Darmakusuma duduk dihadap oleh Kresna, Wrekodara, Nakula, Sadewa, Samba dan Satyaki. Mereka membicarakan nasib Gathotkaca. Tiba-tiba Gathotkaca jatuh dari angkasa. Mengerang kesakitan, ia merangkak menghadap raja Darmakusuma. Kemudian Harjuna datang. Raja meminta agar Arjuna segera menolong Gathotkaca. Arjuna pun mengambil anak panah yang bersarang di perut Gathotkaca dengan anak panah pula. Maka Gathotkaca sembuh kembali.

 
 By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 18 )

Wahyu Mahkota Rama

Cerita Wahyu Makutharama dimuat dalam lakon Wahyu Makutharama atau Arjuna Jelur. Isi ringkas cerita Wahyu Makutharama sebagai berikut:

 
By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 19 )

Kresna raja Dwarawati duduk di Pancaniti, dihadap oleh Samba, Wresniwira, Patih Udawa dan pegawai istana. Mereka membicarakan kepergian Harjuna dari Madukara. Kresna ingin berkunjung ke Ngamarta. Patih Udawa diminta mempersiapkan kepergian raja. Kresna meninggalkan balai penghadapan lalu masuk istana, memberi tahu rencana kepergiannya kepada para isteri. Rukmini, Jembawati dan Setyaboma menyambut kedatangan Kresna. Di hadapan para istrinya, Kresna menyampaikan berita tentang kepergian Arjuna dan rencana kunjungan ke Ngamarta.
 

By : Jacks Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 20 )

Raja Kresna duduk di atas singgasana, dihadap oleh Wisnubrata, Patih Udawa dan Setyaki. Datanglah Patih Sengkuni utusan Suyudana, raja Ngastina. Kresna diminta menghadiri dan menjadi saksi penobatan Bagawan Sabdajati yang diangkat sebagai pujangga istana, menggantikan Pendeta Drona. Pendeta Drona telah lama pergi meninggalkan kerajaan Ngastina. Kresna sanggup menghadiri upacara itu. Kemudian ia masuk istana untuk berpamitan kepada para isteri. Wisnubrata dan Satyaki diserahi menjaga istana Dwarawati. Kresna dan Sengkuni berangkat menuju Ngastina.

 
By : Jacks Padmalukito

Senin, 29 November 2010

Sri Bathoro Kresno ( 21 )

Raja Duryodana dihadap oleh Patih Sakuni, Pendeta Drona, raja Baladewa, raja Salya, Karna, dan beberapa warga Korawa. Raja menyampaikan masalah ilham yang diperolehnya. Ilham itu menyatakan bahwa yang berhasil membangunkan Kresna dari tidur akan menang dalam perang Baratayuda. Raja minta kesediaan raja Baladewa untuk membangunkannya. Raja Baladewa menyanggupinya, lalu mohon diri, berangkat ke Dwarawati. Karna dan warga Korawa mengikutinya.


By: Jack Padmalukito

Sri Bathoro Kresno ( 22 )

Baladewa, Patih Sakuni dan Karna datang menemui Kresna. Baladewa minta kesediaan Kresna untuk diboyong ke Ngastina. Arjuna menolak keinginan Baladewa, Kresna dipertahankannya. Terjadilah pertikaian hebat. Baladewa melemparkan Nanggala, Arjuna menghindarinya. Nanggala tertancap ke bumi. Baladewa berteriak minta tolong, Kresna mau menolong, asal Baladewa mau mendermakan kekayaan kerajaan Mandura. Baladewa menyanggupinya, lalu bebas dari himpitan bumi.
 
Suatu ketika datanglah Cantrik meminta permasuri Baladewa. Baladewa marah, Cantrik dilempar Nanggala. Cantrik menghindar dan berubah menjadi Arjuna. Nanggala masuk ke bumi. Baladewa terhimpit bumi sejak berusaha mencabut Nanggalanya. Kresna datang menolong namun dengan perjanjian bahwa Baladewa diminta bertapa di Grojogan Sewu. Sebelum dijemput, Baladewa tidak boleh meninggalkan tapanya. Baladewa menyanggupinya lalu dilepas dari himpitan bumi.

Baladewa pergi bertapa di Grojogan Sewu, Sancaka yang menjaganya. Kresna berpesan agar menjaga uwaknya. Bila bangun supaya dadanya diusap dengan telapak tangan. Sebelum berangkat telapak tangan Sancaka diberi rajah Cakra, sewaktu-waktu untuk mengusap dada Baladewa bila akan bangun tidur, dan kembali ke Mandura.

Patih Pragota kebingungan ditinggal oleh Baladewa. Ia meninggalkan kerajaan, berkelana tidak tentu tujuan. Akhirnya Pragota tercebur dalam jurang. Patih Sakuni dan warga Korawa kembali ke Ngastina, menghadap raja Doryudana. Dilaporkannya, bahwa Kresna telah bangun, dan Baladewa meninggalkan istana. Mereka ingin menemui Kresna.

Raja Locanadewa berhasil menemukan Arjuna. Arjuna hendak dibunuh, sebab telah membunuh ayah Locanadewa. Arjuna bersiap-siap melawan Locanadewa. Panah sakti dilepaskan, Locanadewa pun musnah bersama prajuritnya.

Raja Duryodana berkeinginan memboyong Kresna ke Ngastina. Duryodana dan warga Korawa datang ke kerajaan Dwarawati. Kresna dengan senang menyambut kedatangan mereka. Duryodana minta agar hari itu Kresna mau diboyong ke Ngastina. Kresna tidak mau dan berkata, bahwa Duryodana nanti harus memilih dirinya atau prajuritnya. Duryodana bersikeras memboyong Kresna. 
Terjadilah pertikaian, prajurit Korawa mengamuk. Para Pandhawa datang menyelamatkan kerajaan Dwarawati. Wrekodara berhasil menghalau prajurit Korawa. Duryodana dan warga Korawa kembali ke kerajaan Ngastina dengan kecewa.

Minggu, 28 November 2010

Sri Batoro Kresno ( 23 )

Kunthi dihadap Karna di Ngawangga. Kresna datang bercerita tentang kepergiannya ke Ngastina sebagai utusan Pandhawa. Dikatakannya bahwa perang Baratayuda sudah diambang pintu, sebab Duryodana tidak mau melepas kekuasaannya atas Negara Ngastina. 

Kunthi diajak ke Negara Wiratha, sebab semua warga Pandhawa telah berkumpul di negara itu. Kunthi bersiap-siap pergi ke Wiratha. Melihat ibunya Karna menjadi bimbang. Ia berkata kepada Kresna, bahwa ia akan berpihak kepada Pandhawa. Kresna tersenyum, lalu menegur, memperingatkan bahwa Karna telah berjanji akan berpihak kepada Duryodana. Sebagai ksatria Karna harus berpegang kepada janjinya. Karna terpaksa mendengarkan kata-kata Kresna. 

Kemudian dengan rasa bimbang ia mengantar kepergian ibunya dan Kresna ke Wiratha.
Atas meninggalnya Drestharastra dan Gendari, Pendeta Drona dan Sakuni meminta agar Dursasana mencari korban. Dursasana pergi, kemudian menemukan tukang perahu bernama Sarka dan Tarka. 

Mereka berdua diminta kesediaannya menjadi korban. Sarka dan Tarka tidak bersedia, tapi mereka berdua dibunuh oleh Dursasana. Terdengar suara, bahwa mereka akan membalas dendam dalam perang Baratayuda. Dursasana tidak gentar, dua mayat tersebut dibawanya ke Ngastina.
Dursasana menghadap raja Duryodana dan memberi tahu bahwa korban telah tersedia. 
Bathari Durga dan Bathara Kala datang. Raja Duryodana meminta kesediaan mereka berdua untuk membantu perang Baratayuda. Mereka berdua akan mengusahakan dan meminta kurban. 
Dursasana menyerahkan dua kurban, Sarka dan Tarka. Kemudian Bathari Durga dan Bathara Kala pergi ke Wiratha setelah menerima jenasah Sarka dan Tarka.

Raja Matswapati dihadap oleh Puntadewa, Wrekodara, Arjuna, Nakula, Sadewa serta Resi Janadi, Resi Sagotra dan Bambang Irawan. 
Kemudian Kunthi datang bersama Kresna. Mereka membicarakan rencana perang Baratayuda. Janadi berkata kepada Matswapati bahwa ia pernah berjanji ingin menjadi kurban menjelang perang Baratayuda. Permintaan Janadi dan dua kawan lainnya untuk menjadi kurban diserahkan kepada Kresna dan Arjuna. Kurban manusia dilaksanakan, dengan permohonan agar Pandhawa menang dalam perang Baratayuda serta warga Pandhawa utuh dan selamat. 

Tetapi Arjuna lupa mengajukan permohonan untuk keutuhan dan keselamatan putra-putri Pandhawa.
Bathari Durga dan Bathara Kala tiba di Wiratha. Bathara Kala minta kepada raja Matswapati supaya membujuk Padhawa untuk menyerah kepada Korawa. 
Bila tidak mau menyerah, Pandhawa yang berjumlah lima ditakdirkan menjadi catu makan bagi Bathara Kala. Para Pandhawa tidak mau menyerah. 
Mereka pun menyerang Bathara Kala. Tetapi tidak seorang pun mampu melawan Bathara Kala.
Kresna naik ke Kahyangan. Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Wisanggeni, anak Arjuna. Kresna bercerita tentang Bathara Kala dan nasib keluarga Pandhawa. 

Wisanggeni tidak jadi ke Wiratha. Ia pergi ke Ngondarandir Bawana untuk menghadap Sang Hyang Wenang.
Wisanggeni menghadap Sang Hyang Wenang, dan meminta keterangan jadi atau tidaknya perang Baratayuda. Sang Hyang Wenang menjawab, perang harus terjadi, dan bila ada penghalang harus dilenyapkan. Wisanggeni memberi tahu bahwa Bathara Kala berusaha mengurungkan perang Baratayuda dengan membujuk agar Pandhawa menyerah pada Korawa. 

Sang Hyang Wenang berjanji akan menolong Pandhawa, tetapi kelak Wisanggeni tidak diperkenankan ikut menyaksikan perang Baratayuda. Wisanggeni menyanggupinya. Sang Hyang Wenang meminjaminya Gada Intan untuk membunuh Bathara Kala. Setelah menerima Gada Intan, Wisanggeni pergi ke Wiratha. Gada Intan diserahkannya kepada Wrekodara untuk membunuh Bathara Kala.
Wrekodara menemui Bathara Kala. Bathara Kala hendak menerkam Wrekodara, tetapi tubuhnya digores dengan Gada Intan oleh Wrekodara. Ia mati seketika. Gada Intan diserahkan kembali kepada Kresna. Kresna menyamar berujud Bathara Kala, menemui Bathari Durga. 
Bathari Durga diminta membunuh Pandhawa dengan Gada Intan. Gada Intan supaya disisipkan dalam kain penutup dada. Bathari Durga menerima Gada Intan, lalu disisipkan dalam kain penutup dada. Sewaktu melangkah Bathari Durga jatuh tertelungkup. Dadanya hancur karena Gada Intan. Bathari Durga mati seketika itu juga.
Pandhawa selamat dari ancaman Bathara Kala. Gada Intan dibawa Kresna, kemudian Wisanggeni ditugaskan mengembalikannya kepada Sang Hyang Wenang.

Wisanggeni menghadap Sang Hyang Wenang, mengembalikan Gada Intan dan ingin menepati janjinya. Atas kuasa Sang Hyang Wenang, Wisanggeni kembali ke alam baka.
Raja Duryodana dan warga Korawa tahu bahwa usaha Bathara Kala dan Bathari Durga tidak berhasil menumpas Pandhawa. Para Korawa serentak menyerang Negara Wiratha. Para Pandhawa melawan serangan Korawa. Korawa mundur, kembali ke Ngastina, dan bersiap-siap untuk menghadapi perang besar.
Para Pandhawa dan keluarga Wiratha berpesta keselamatan, bebas dari ancaman Bathara Kala.

Sri Batoro Kresno ( 24 )

Tokoh Kresna dikenal dalam cerita India, kemudian datang ke Indonesia dan dikembangkan melalui sastra Jawa kuna dan sastra Jawa baru. Dalam mitologi India diceritakan Kresna sebagai awatara dewa Wisnu, kehadirannya di dunia sebagai jelmaan dewa Wisnu yang kedelapan. 
Y.E.van Lohuizen dalam penelitannya menyimpulkan, Kresna merupakan awatara Wisnu yang ke duapuluh. Wisnu berturut-turut berawatara menjadi Purusa, Wariha, Narada, Nara dan Narayana, Kapila, Dattatreya, Yajna, Rsabha, Prthu, Matsya, Kurma, Dattwantari (dua kali) Narasingha, Wamana, Parasurama, Wedawyasa, Rama, Balarama, Kresna, Buddha dan Kalkin (Lohuizen, 1976 : 31)
Kresna yang bersumber kesastraan India dan sastra pewayangan. 
Berikut ini perbandingan dan pemaparan jatidiri Kresna yang diambil dari berbagai sumber cerita.

Kresna Sejak Kanak dan Menjelang Dewasa
Kresna adalah anak Dewaki dan Wasudewa, termasuk suku Yadawa, keturunan Yadu ia lahir dari kehamilan yang ke delapan, jelmaan dewa Wisnu. Isteri Wasudewa yang lain bernama Rohini, beranak Sankarsana berkulit putih (Wisnupurana, 1961 : 401). 
Dalam kitab Wisnupurana dan Mahabharata diceritakan, Wisnu mencabut dua helai rambut putih dimasukan di rahim Rohini, sehelai rambut hitam ke rahim Dewaki. Setelah Rohini dan Dewaki hamil dan beranak, masing-masing melahirkan Balarama berkulit putih dan Kresna berkulit hitam. Diceritakan pula, bahwa Ugrasena raja Manthura mempunyai saudara laki-laki bernama Dewaka. Ugrasena beranak Kangsa, Dewaka beranak Dewaki. Dewaki diperisterioleh Wasudewa, yang kemudian beranak Balarama dan Kresna 
Karena diramal, bahwa Balarama dan Kresna akan menghancurkan kekuasaan Kangsa, Balarama dan Kresna dititipkan kepada Nanda dan Yasoda.
Dalam kitab kakawin Krnandhaka diceritakan dewa Wisnu menjelma dalam rahim Dewati atau Raiwati isteri Basudewa. Dewa Basuki turun dalam isteri Basudewa yang bernama Rohini. Rohini melahirkan Kakrasana, Dewati melahirkan Kresna. Sejak bayi Kakrasana dan Kresna dititipkan kepada Antagupta dan Ayaswadha di Gobraja daerah Magadha (Kresnandhaka Zang IV – V)

Perkembangan cerita Kresna pada masa kecil dalam cerita pewayangan sedikit mengalami perubahan dan mempunyai beberapa versi cerita.
Dalam Serat Pakem Padhalangan Wayang Purwa, lakon Wisnu Nitis atau Lairipun Kangsa (Naskah Reksapustaka Surakarta Nomor D.79:2349-252), diceritakan demikian: Atas perintah Sang Hyang Guru, Hyang Wisnu menjelma ke marcapada bersama Bathara Laksmanasadu dalam wujud ular naga. Hyang Basuki ingin ikut menjelma, Sang Hyang Brama mendukungnya. Sang Basuki dan Bathara Laksmanasadu bersatu menjelma bersama. 

Harimau putih dan ular naga datang di hutan tempat Basudewa berburu. Kemudian mereka dibunuh oleh Basudewa. Harimau putih musnah oleh panah Basudewa. Jasmaninya masuk ke Dewi Kunthi isteri Pandhu. Naga musnah oleh panah Basudewa. Jasmani dan roh halusnya merasuk kepada Dewi Rohini isteri Basudewa yang lain. Kemudian Dewi Kunthi beranak Arjuna, jelmaan dari Wisnu. Dewi Rohini beranak Kakrasana.

Nojowirongko bercerita, penjelmaan Wisnu ke dunia terbelah menjadi dua, yaitu Kresna dan Arjuna. Andaikata bunga, mereka sebagai mahkota dan sari bunganya. Andaikata api, mereka sebagai bara api dan nyala apinya. Andaikata sirih, ibarat bagian muka dan belakang daunnya, berbeda rupa, bila digigit sama rasanya (Nojowirongko, 1954: 66).
Dalam Serat Pakem Purwa, lakon Kangsa Lair diceritakan, bahwa isteri Basudewa bernama Mahera, Dewi Rohini dan Dewi Mahendra. Kangsa lahir dari Mahera, hasil hubungan gelap dengan Gorawangsa. Kakarsana atau Kakrasana lahir dari Dewi Rohini, jelmaan dewa Bathara Basuki.dan Bathara Laksmanasadu. Kresna atau Narayana lahir dari Dewi Mahendra jelmaan dewa Wisnu. Kakrasana dan Kresna diasuh oleh Buyut Antagopa atau Buyut Nandagopa di Widarakandhang

Kasidho Gitasewoyo dalam cerita Basudewa Grogol, menceritakan Basudewa mempunyai isteri Amerta, Dewi Badraini dan Dewi Maherah. Dewi Amerta melahirkan dua anak kembar, diberi nama Kakrasana dan Narayana. Masing-masing berkulit hitam dan putih. Dewi Badraini beranak perempuan, diberi nama Bratajaya. Hasil hubungan gelap dengan Gorawangsa, Dewi Maherah melahirkan Kangsa (Kasidho Gitosewoyo, 1978: 29-33)

Dalam Serat Kandhaning Ringgit Purwa diceritakan, Basudewa mempunyai isteri Dewi Angsawati, Dewi Ugraini dan Dewi Badraini. Hubungan gelap antara Dewi Angsawati dengan Prabu Gorawangsa raja Jadingklik melahirkan Kangsa. Dewi Ugraini (Ugrawala) beranak Kakrasana, jelmaan Dewa Basuki. Badraini melahirkan dua anak kembar, bernama Narayana dan Endang Panangling

Dalam Serat Babad Purwa diceritakan, Basudewa mempunyai isteri Dewi Angsawati, Ugraini dan Ugrayani. Angsawati berhubungan gelap dengan Mayangkara, beranak Kangsa. Ugraini beranak Kakrasana, Ugrayani beranak Narayana. Setelah beranak Kakrasana dan Narayana, Basudewa mengambil isteri ke empat bernama Badraini

Hadikartoso dalam cerita lakon Laire Kakrasana Sakadang menceritakan, bahwa Bathara Wisnu bersama Bathara Leksmanasadu dan Bathara Basuki menjelma ke dunia. 
Mereka menjelma dengan perantara isteri Basudewa raja Mandura. 
Mereka bertiga turun ke dunia dalam wujud harimau putih dan ular naga. 
Harimau dan ular naga itu dibunuh oleh raja Basudewa, ketiga sang raja itu berburu di hutan. 
Roh mereka merasuk ke tubuh isteri Basudewa yang bernama Rohini, Dewaki dan Badraini. Rohini melahirkan bayi yang berkulit putih, diberi nama Kakrasana. 
Kemudian Dewaki mempunyai anak berkulit hitam, diberi nama Narayana atau Kresna. 
Badraini mempunyai anak, diberi nama Sumbadra

Sri Batoro Kresno ( 25 )

Di India Kresna mendapat banyak sebutan, antara lain Arisudana, Acyuta, Janardana, Gowinda, Hari, Hrisikesa, Yogeswara, Kesawa, Kesinisudhana dan Warsneya (Bhagawadgita, 1867: XXXVI)

Dalam cerita pewayangan Kresna mendapat sebutan Prabu Harimurti, Padmanaba, Narayana, Kesawa, Wasudewa, Wisnumurti, Danardana, Janardana, dan Dewaki. Ia bernama Kresna karena tubuh, tulang dan sumsumnya hitam. Ia bernama Pabmanaba karena mempunyai bunga Wijayakusuma yang berkhasiat untuk menghidupkan orang sedunia yang mati sebelum takdir kematiannya. Ia bernama Narayana karena penjelmaan dewa yang berkuasa mendinginkan panas hati semua makhluk hidup. Ia bernama Kesawa karena mempunyai kesaktian untuk bertiwikrama berwujud Kalamertyu. Ia bernama Wasudewa karena ia dewa terpilih. Ia bernama Darnadana karena kaya raya, segala keinginananya terlaksana, segala yang dikehendaki datang dengan sendirinya. Sejak kecil sampai masa dewasa Kresna dilahirkan sebagai manusia luar biasa. Ia diasuh oleh Antagupta (dalam cerita India) atau Sagopa (dalam cerita pewayangan). Sejak bayi ia disusui oleh iblis betina bernama Putana suruhan Kangsa untuk membunuhnya, tetapi Putana dihisap air susunya hingga mati. Iblis yang akan membunuh Kresna dengan mengoleskan racun pada buah dadanya itu dalam cerita Jawa kuna bernama Kotana . Selanjutnya cerita Kresna sejak kanak-kanak dapat dibaca dalam Bab II.

Dalam cerita pewayangan tidak banyak diceritakan kehidupan Kresna sejak kanak-kanak. Setelah menjelang dewasa Kresna berhasil membunuh Kangsa, kemudian merebut kekuasaan negara Mathura dan diserahkan kembali kepada ayah Kangsa bernama Ugrasena . 

Dalam cerita India, Kangsa adalah anak Ugrasena, raja Mathura. Kekuasaan Ugrasena direbut oleh Kangsa. Dalam cerita pewayangan Kangsa lahir dari isteri Basudewa, raja Mandura, hasil hubungan gelap dengan Gorawangsa. Kemudian Kangsa merebut kekuasaan Basudewa atas kerajaan Mandura. Kresna dan Baladewa berhasil membunuh Kangsa, kemudian menyerahkan kekuasaan negara Mandura kepada Basudewa. Cerita ini dimuat dalam Lakon Kangsa Adu Jago.

Kresna mempunyai kesaktian luar biasa, dan selalu berhasil dalam perang. Ia mempunyai senjata Cakra atas pemberian dewa Agni (Dowson, op.cit.:162). Dalam cerita Adiparwa, diceritakan Kresna menerima seperangkat panah bernama Mahaksaya Mahesadi dari dewa Agni (Adiparwa, 1985: 113). Dalam cerita Kresnandaka, Kresna menerima senjata pemberian Puspakindama yang diruwat dalam wujud buaya di sungai Serayu. Puspakindama menyerahkan Cakrasudarsana (Kresnandhaka Z XXVI: 1-16). Baladewa menerima senjata dari Jambuwana yang diruwat dalam wujud ular naga. Jambuwana menyerahkan senjata dahsyat bernama Langghyala (Kresnanadhaka ZXXX: 1-5). Kesaktian Kresna juga didukung oleh terompet Pancajanya dan bunga Wijayakusuma.

Perkawinan Kresna
Sumber cerita India menceritakan, setelah tinggal di Dwaraka, Kresna melarikan Rukmini, kemudian diperistrinya. Selanjutnya Kresna kawin dengan Jembawati (anak Jambawat) dan Setyaboma (anak Satrajit). Jumlah isteri selir kurang lebih enam belas ribu dan beranak seratus delapan puluh ribu anak laki-laki. 

Perkawinan dengan Rukmini menghasilkan anak Pradyumna dan Charumati. Perkawinan dengan Jambawati menghasilkan anak Samba, dengan Setyaboma beranak sepuluh anak laki-laki (Dowson: 1957: 167). Dalam sastra Jawa Kuna cerita perkawinan Kresna dengan Rukmini dimuat dalam kakawin Kresnayana karangan Empu Triguna dan kakawin Hariwangsa karangan Empu Panuluh. Dalam cerita pewayangan ada beberapa versi cerita perkawinan Kresna.
Hardjowirogo dalam buku Sejarah Wayang Purwa menerangkan, Kresna mempunyai empat isteri, yaitu Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma dan Dewi Pretiwi. Dewi Jembawati beranak Samba, Dewi Rukmini beranak Siti Sundari, Dewi Setyaboma beranak Setyaka. Dewi Pretiwi anak Hyang Antaboga beranak Bomanarakasura. 
Dalam cerita lakon Sang Bomantara dijelaskan, bahwa Dewi Pretiwi mempunyai anak Ksitija (Suteja) dan Ksitisundari atau Siti Sundari (Soenarto Timoer, 1969: 2).
Padmosoekotjo dalam buku Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita menerangkan, bahwa isteri Kresna sebanyak empat orang, yaitu Dewi Pretiwi (Nagaraja di Sumur Jalatundha), Dewi Jembawati (anak Jembawan dan Trijatha), Dewi Setyaboma (anak Prabu Setyajit, raja Lesanpura), dan Dewi Rukmini (anak Prabu Bismaka raja Kumbina). Dewi Pretiwi beranak Suteja yang kemudian menjadi raja di Trajutresna bergelar Prabu Bomanarakasura. Dewi Jembawati beranak Gunadewa dan Samba. Dewi Setyaboma beranak Siti Sundari dan Titisari. Dewi Rukmini beranak Partajumena (Padmosoekotjo Jilid V, 1984: 44)
Dalam Serat Wisnu Krama (Naskah Sanabudaya Yogyakarta Nomor PB. A128) diceritakan perkawinan Wisnu dengan Pretiwi yang beranak Yauti. Dalam cerita pedalangan diceritakan Pretiwi menjadi isteri Kresna, dan beranak Bomanarakasura.
Dalam kawin Hariwangsa karangan Mpu Panuluh diceritakan perkawinan Kresna dengan Jembawati beranak Samba, perkawinan Kresna dengan Rukmini beranak Pradyuma (Hariwangsa Zang LII:4-5). Dalam kakawin Bomantaka disebut nama Gunadewa yaitu kawan Samba ketika Samba menggembara di hutan, kemudian bersama Kresna membunuh sang Bhoma atau sang Naraka, anak Pretiwi dengan Wisnu (Bhomantaka Zang CII-CV). Dalam cerita pewayangan Gunadewa dan Samba adalah anak Dewi Jembawati.
Cerita perkawinan Kresna dimuat dalam cerita Lakon Narayana Maling atau Kresna Kembang, berisi cerita perkawinan Kresna dengan Rukmini. Lakon Alap-alapan Setyaboma atau Kresna Pujangga berisi cerita perkawinan Kresna dengan Setyaboma. Lakon Narayana Krama berisi cerita perkawinan Kresna dengan Jembawati.

Sri Batoro Kresno ( 26 )

Bila memahami cerita Kresna secara keseluruhan didapat kesan bahwa Kresna adalah manusia jelmaan dewa yang dalam masyarakat berkedudukan sebagai seorang yang menjabat raja, kepala keluarga dan anggota masyarakat.

Kresna mendapat sebutan raja binathara, artinya raja yang dianggap sebagai dewa. Dari sejarah kehidupannya Kresna memang keturunan Dewa Wisnu. Maka sudah selayaknya bila Kresna mempunyai watak, jiwa dan sikap sebagai dewa. Dalam cerita lakon Wahyu Makutharama dapat disimpulkan bahwa 

Kresna telah memahami dan mencontoh watak dan amal baik delapan dari dewa. Kresna sebagai raja telah memahami ajaran Rama kepada Wibisana yang bernama asthabrata. Istilah asthabrata juga disebut asthaguna dalam arti delapan kebijaksanaan. (Nitisruti bait 74). Oleh Raden Ngabehi Yasadipura, asthabrata dicantumkan dalam Serat Rama Pupuh LXXVII bait 17-35. Dalam Serat Wahyu Makutharama (Siswoharsojo,1960: 67-68), Kresna menerangkan makna Wahyu Makutharama. Orang yang ditempati Wahyu itu berarti tahu dan mau beramal seperti watak dan amal delapan dewa yang disebut dalam asthabrata.

Asthabrata menurut Raden Ngabehi Yasadipura dimaksudkan adalah watak dan sikap dari delapan dewa. Delapan dewa itu bernama Bathara Endra, Bathara Surya, Bathara Kuwera, Bathara Bayu, Bathara Baruna, Bathara Yama, Bathara Candra, dan Bathara Brama, yang masing-masng penggambaran wataknya adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan Bathara Endra membuat harum namanya di dunia. Ia suka berdana, dan pemberian dananya merata ke seluruh manusia tanpa membedakan orang kecil dan orang besar.
2. Bathara Surya memikirkan kehidupan rakyat, ia bersikap penyejuk suasana, tidak suka marah, lebih suka berdamai.
3. Bathara Kuwera selalu memperhatikan makan demi jasmaninya. Ia berpegang kepada segala sesuatu yang telah dijanjikannya, dan percaya kepada janji orang lain, dan tidak berbuat agar orang lain bersalah. Kebesaran masyarakat dan negara dipaercayakan kepada yang berkewajiban. Ia tidak pernah menyalahkan orang lain, semua dianggap sama, sebab semua orang dianggap mempunyai budi luhur. Ia tidak menonjolkan pribadinya.
4. Bathara Bayu suka memperhatikan gerak-gerik dunia. Tingkah-laku orang sedunia diketahuinya. Ia sangat memperhatikan perajurit negara, mengetahui usaha dan keingingan perajuritnya. Segala yang jahat dan yang baik dikenalnya. Disamping mencari kebutuhan hidup untuk dirinya, juga memikirkan kebahagiaan perajuritnya. Sikap baik juga tertuju kepada sanak saudaranya, mereka diusahakan memperoleh keselamatan. Pendeknya Bathara Bayu suka berbuat kebaikan dan menanam kebajikan.
5. Bathara Baruna selalu memegang senjata demi keselamatan segala yang diperbuatnya. Segala kepandaian dan kebijaksanaan dikuasainya. Seisi dunia dirangkum dengan sangat hati-hati. Semua orang yang berbuat jahat, mendatangkan kesusahan dan keresahan dibelenggunya. Senua isi dunia yang baik dan yang jelek dijaganya. Ia berpegang teguh kepada kebaikan.
6. Bathara Yama suka menghukum orang durhaka. Semua penjabat dibasmi, ia tidak memandang sanak saudara, mereka yang bersalah dihukum mati. Semua kejahatan diberantas agar tidak mengotori masyarakat. Semua perajurit dilarang berbuat jahat, yang bergaul dengan penjahat diusirnya.
7. Bathara Candra suka memaafkan, berkata manis dengan senyum, suci hati dan menaruh perhatian kepada para pendeta.
8. Bathara Brama mencari makan dan pakaian untuk perajuritnya. Semua perajurit dididik berani kepada lawan. Ia pandai bergaul dengan perajurit dan berhasil memusnahkan musuh-musuhnya.
Sehubungan dengan watak delapan dewa itu, Kresna menganjurkan agar seorang raja bersifat seperti tanah, air, angin, samodera, bulan, matahari, api dan bukit atau bintang (Siswoharsojo, 1960: 67)

Kresnsa dikenal sebagai raja Dwarawati yang suka berbuat seperti pendeta, senang berbuat adil, senang berolah keprajuritan dan mengindahkan sopan santun. Kresna memiliki keistimewaan, dicintai oleh para resi dan dewa. Kresna raja pandai yang tidak menyombongkan kepandaiannya dan merendahkan kepandaian orang lain (Wahyu Purba Sedjati, 1956: 11). Maka sering disebut pinandhita.

Kresna sebagai raja berjanji akan membuat terang bagi tempat yang gelap. Sikapnya kepada anak dan rakyat, bila jauh akan diperdekat, bila dekat akan dipererat (Siwoharsojo, op,cit:15)
Kresna sebagai manusia cinta dan sayang kepada sesama, gemar memberi pakaian, kepada orang yang tidak berpakaian, memberi makan orang kelaparan, memberi air kepada orang yang kehausan, memberi tongkat kepada orang yang berjalan di jalan licin, memberi tudung kepada orang yang kepanasan, memberi payung kepada orang kehujanan, membuat senang orang yang kesedihan, menyembuhkan orang yang menderita sakit. Kresna gemar memberi dana dan hukuman. Adil hukuman yang dijatuhkannya, tidak berat sebelah dan membeda-mbedakan orangnya. Siapa yang bersalah harus dihukum sesuai dengan kesalahannya (Siswoharsojo, op.cit.: 11-12).

Ketika Samba anaknya, datang menghadap minta maaf atas dosa kesalahannya, Kresna menjawab, andaikan berdosa dan bersalah, ia tidak akan memberi hukuman mati. Sedang harimau yang buas saja tidak sampai hati memakan anaknya, meskipun ia lapar. Kresna akan menghukum dengan menyakiti tubuh bagi orang yang berdosa besar, akan memaafkan bagi orang yang berdosa kecil (Siswoharsojo, op.cit.:15).
Kresna menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi saudara tua, yaitu Baladewa. Dikatakannya, saudara tua adalah pengganti ayah. Lagi pula mengakui, bahwa Kresna dan Baladewa sama-sama menjadi raja. Segala tingkah laku raja terbatas kepada aturan negara dan menjadi teladan bagi rakyatnya

Kresna juga mempunyai sikap dan sifat kekeluargaan. Dalam menentukan jodoh Kresna menyerahkan kepada mereka yang bersangkutan. Anaknya yang bernama Ksitisundari diberi kebebasan memilih suami. Ia menyetujui pilihan Ksitisundari kepada Abimanyu, bukan kepada Leksmanakumara, sebab anaknya menjatuhkan pilihan kepada Abimanyu. Ia tidak mau memaksa, mengikuti: Baladewa yang ingin mengawinkan Ksitisundari dengan anak raja Ngastina (Gathotkacasraya Zang XXXIX – XL).
Dalam cerita Wahyu Manik Imandaya, Kresna menyetujui Boma Narkasura mencari wahyu. Kresna mempunyai rasa cinta kepada anak sendiri dari pada kepada orang lain. Sebelum Boma Narakasura datang, Yudhisthira telah mengundang Kresna datang di Ngamarta. Setelah dipikir panjang Kresna tidak mau hadir di Ngamarta, Boma Narakasura dan Samba disuruh pergi mencari wahyu. Dalam cerita itu Sadewa yang memperoleh wahyu dengan perantaraan Bagawan Sukmaningrat. Samba berusaha merebut wahyu itu, tetapi tidak berhasil, lalu mengadu kepada Kresna, bahwa wahyu direbut oleh Sadewa. Kresna datang ke Ngamarta untuk minta wahyu yang diperoleh Samba, kemudian direbut oleh Sadewa. Setelah menerima penjelasan Kresna menyerah kepada kenyataan dan kebenaran. Boma Narakasura disuruh kembali ke Trajutrisna

Sri Batoro Kresno ( 27 )

Sikap Kresna dalam cerita lakon Wahyu Cakraningrat menunjukkan bahwa ia tidak pilih kasih terhadap anak sendiri dan anak menantu. Keduanya dinasihati untuk mencari wahyu (Padmadihardja, 1979: P.II-VII). Pada akhir cerita, Wahyu Cakraningrat jatuh pada Abimanyu. Kresna senang dan memandang sudah tepat bila wahyu bertempat pada Abimanyu, suami Siti Sundari.

Kresna sebagai seorang anak yang telah berbakti kepada orang tua. Ia bersama Baladewa, kakaknya, berhasil membunuh Kangsa dan merebut kekuasaan kerajaan Mandura. Kemudian tahta kerajaan dikuasakan kepada Basudewa (Mangkunegara VII Jilid 6, 1932: 23-25)

Kresna selalu ingat dan patuh kepada pesan orang tua. Ketika Sumbadra dilamar Baladewa atas nama raja Duryodana untuk dikawinkan dengan Burisrawa, Kresna tidak menyetujui dan tidak mau menyerah terhadap keinginan Baladewa. Kresna mengingatkan pesan Basudewa tentang perkawinan Sumbadra. Kresna berpegang pada pesan ayahnya, siapa pun yang dapat memenuhi persyaratan perkawinan boleh memperisteri Sembadra. Ternyata yang dapat memenuhi syarat adalah keluarga Pandhawa, diperuntukkan Arjuna. (Mangkunegara VII jilid 13, 1932: 3-7). Maka Kresna setuju Sumbadra diperisteri Arjuna.

Kresna suka kepada perdamaian. Dalam cerita lakon Kresna Duta, Kresna berusaha mendamaikan pertikaian Pandhawa dengan Korawa. Tetapi Korawa tidak mau menyerahkan sebagian kerajaan Ngastina, bahkan ingin membunuh Kresna yang bertugas sebagai utusan pendamai. Kresna didakwa membela Pandhawa, maka warga Korawa menyerang Kresna dan akan membunuhnya. Kresna memperlihatkan kekuasaan dan kesaktiannya lalu bertiwikrama, berubah dalam wujud raksasa dahsyat. Korawa hendak dihancurkannya. Warga Korawa ketakutan, Narada datang dan minta agar Kresna menghentikan kemarahannya. Kresna kembali ke wujud semula, meninggalkan Ngastina dan memberi tahu kepada Pandhawa. Karena jalan damai tidak dapat dipakai, Kresna menyetujui perebutan kerajaan Ngastina dengan jalan perang (Kresna Duta, 1958: 13-15)

Kresna berpandangan, bahwa musuh tidak kenal sanak saudara. Artinya meskipun saudara, bila ia berkedudukan sebagai musuh, maka harus dimusnahkannya. Sikap Kresna itu terlihat pada waktu Arjuna berkeberatan untuk melawan sanak saudaranya dan gurunya dalam perang Bharatayudha. Kresna memberi nasihat dan tidak membenarkan bila Arjuna bersedih hati, enggan dan ragu-ragu. Kata-kata Kresna dalam Bhagawadgita dapat diringkas isinya demikian. ”Arjuna mengapa engkau susah dan lemah hati? Pada saat krisis, lemah semangat bukan sikap seorang kesatria. Itu bukan sikap luhur, tetapi sikap yang memalukan. Jangan kau biarkan kelemahan itu. Itu tidak sesuai bagimu. Enyahlah rasa cemas dan kecut. Bangkitlah, hai pahlawan jaya.” (Bhagawadgita II: 2-3)
Arjuna menyampaikan alasan keberatan, tidak mau membunuh Bisma dan Drona, gurunya. Ia mengharapkan cahaya terang agar dapat melihat yang benar dan yang salah. 

Kresna memberi nasihat: ”Engkau sedih bagi mereka yang tidak sepantasnya kau susahkan. Engkau sering berbicara tentang budi pekerti. Orang budiman tidak sepantasnya bersedih bagi orang hidup atau mati. Apa yang tinggal di badan setiap orang tidak akan terbunuh. Oleh karena itu hai Arjuna, jangan berduka atas kematian makhluk manapun juga! Sadarlah akan kewajibanmu, engkau tidak boleh gentar. Bagi kesatria tiada kebahagiaan lebih besar dari pada bertempur untuk menegakkan kebenaran. 

Berbahagialah kesatria yang berkesempatan untuk bertempur tanpa harus dicari-cari olehnya. Pintu terbuka baginya. Tetapi, hai Arjuna! Engkau tiada melakukan perang untuk menegakkan kebenaran. Engkau meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu. Maka dosa pulalah bagimu. Orang akan terus membicarakan nama burukmu. Bagi orang terhormat yang kehilangan kehormatan, lebih buruk daripada kematian. Para pahlawan besar akan mengira engkau pengecut, lari dari pertempuran. 

Mereka yang pernah memuja engkau akan merendahkanmu dengan penghinaan. Banyak caci-maki terlontar padamu. Musuh akan menjelekkan dan menghina kekuatanmu. Adakah yang lebih dari semua itu? Andaikan tewas, engkau akan menikmati surga. Kalau menang engkau akan menikmati dunia. Oleh karena itu, hai Arjuna! Bulatkan tekad, bertempurlah, majulah!” (Bhagawadgita II: 30-37).
Arjuna berpendapat, bahwa perang, bertempur, saling membunuh adalah perbuatan kejam, buas dan kasar. Ia menolak berperang, meskipun itu darma bagi ksatria. Ia tidak sampai hati membunuh sanak saudara. 

Kresna menasihatinya, ”Telah kukatakan hai Arjuna. Ada dua pilihan dalam hidup ini. Jalan ilmu pengetahuan bagi cendekiawan, jalan tindakan dan kerja bagi karyawan. Orang tidak akan mencapai kebebasan tanpa bekerja, tidak akan mencapai kesempurnaan bila menghindari kegiatan kerja. Tidak seorang pun tidak bekerja, walaupun untuk sesaat juga. Manusia yang tidak mau berbuat niscaya akan dipaksa bertindak oleh hukum alam. Orang yang duduk mengontrol panca inderanya, tetapi pikirannya mengenang kenikmatan, sebenarnya orang itu bingung, menipu dirinya dan disebut orang birokrat. 

Orang yang dapat mengendalikan panca inderanya dengan pikirannya, bekerja tanpa memikirkan diri sendiri, dia itu adalah orang utama. Berbuatlah seperti yang telah ditentukan untukmu. Berbuat lebih baik daripada diam. Kalau engkau tidak berbuat, hidup sehari-hari tidak mungkin terpenuhi. Ketahuilah, hai Arjuna. Dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja. Oleh karena itu berbuatlah demi kebaktian tanpa mementingkan diri pribadi”
Atas nasihat Kresna itu Arjuna bangkit keberaniannya, dan sanggup tampil ke medan perang.

Sri Batoro Kresno ( 28 )

Jatidiri Krisna

Setelah meneliti dan merunut cerita yang dimuat dalam buku sumber India, hasil sastra Jawa kuna dan Jawa baru, maka diperoleh kesan dan kesimpulan sebagai berikut:

1. Data yang memuat cerita Kresna di India diperoleh dari kitab Wisnupurana, Hariwangsa dan Mahabharata. Cerita itu sebagian berkembang dalam cerita Jawa kuna. Pengarang sastra Jawa kuna menyadur dan mengolah cerita Kresna dalam sebagian kitab parwa, kakawin Kresnayana oleh Mpu Triguna, kakawin Hariwangsa oleh Mpu Panuluh, kakawin Kresnandhaka dan Bhomakawya atau Bhomantaka. Kemudian cerita itu berkembang dalam sastra pewayangan Jawa baru. Cerita Kresna dimuat dalam Serat Kandhaning Ringgit Purwa, Serat Babad Purwa, Serat Padhalangan Ringgit Purwa, Serat Pakem Wayang Purwa, Serat Pakem Padhalangan Wayang Purwa, Serat Lampahan Ringgit Purwa, dan cerita pendek pewayangan yang dimuat dalam majalah berhahsa Jawa.

2. Bila memeperhatikan ceritsa dari India, cerita Jawa kuna dan Jawa baru, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa cerita yang menampilkan tokoh Kresna tumbuh dan berkembang dari India ke Jawa melalui perkembangan karya sastra yang ditulis oleh sastrawan Jawa dengan bahan dasar cerita asli India, yang kemudian diolah sesuai dengan pertumbuhan sastra pewayangan serta masyarakat lingkungannya.

3. Cerita yang bersumber sastra India, Jawa kuna dan sastra pewayangan mengangkat Kresna sebagai tokoh yang diceritakan secara lengkap. Pada umumnya cerita Kresna dimulai dari masa kanak-kanak, masa dewasa dan masa kejayaan hidupnya. Cerita kelahiran, perkawinan dan keterlibtan Kresna dalam masyarakat dijelaskan, bahwa Kresna sebagai tokoh manusia biasa dan manusia luar biasa.

4. Kelahiran Kresna di dunia dipersiapkan oleh dewa, bahkan Kresna merupakan jelmaan dewa Wisnu. Baik cerita India maupun cerita Jawa menerangkan kelahiran Kresna sebagai manusia sakti yang didukung oleh sumber kesaktian dan persenjataannya. Dalam cerita India diterangkan, semasa kanak-kanak Kresna tinggal dilingkungan masyarakat gemabala dan peternak. Ia sebagai anak laki-laki yang luar biasa kenakalan dan kepandaiannya. Kemudian pada masa dewasa menjadi pemuda calon raja yang selalu berhasil dalam memberantas kejahatan dan manaklukan musuh-musuhnya. Dalam cerita pewayangan, masa kanak-kanak Kresna tidak banyak diungkap orang. Hanya sedikit dijelaskan, bahwa Kresna jelmaan dewa Wisnu. Kebanyakan cerita pewayangan menceritakan kehidupan Kresna pada masa dewasa. Pada masa muda diberi sebutan Narayana, dan pada masa berkuasa dikenal dengan nama Kresna raja Dwarawati.

5. Cerita perkawinan Kresna bertitik tolak pada kedudukannya sebagai putra Basudewa raja Mandura. Dalam cerita India, Kresna beristeri Jembawati, Setyaboma dan Rukmini. Dalam cerita pewayangan Kresna beristri Jembawati anak Jembawan dengan Trijatha, Setyaboma anak raja Setyajid, dan Rukmini anak raja Bismaka. Kemudian muncul sebuah cerita perkawinan Kresna dengan Pertiwi. Dalam cerita yang lebih tua diceritakan Pertiwi diperisteri Wisnu. Bila memperhatikan nama-nama isteri Kresna diperoleh kesan yang berhubungan dengan kata boma artinya langit, periwi artinya bumi, dan Dewi Pertiwi adalah pelindung bumi. Perkawinan Kresna dengan Pertiwi dan Setyaboma lambang persatuan Kresna dengan bumi langit, atau persatuan Kresna dengan dunia seisinya. Jembawati adalah wanita yang berdarah keturunan kera, manusia dan bidadari. Ia anak Trijatha dan Jembawan cucu Wibisanan, piut Wisrawa dan Sukesi. Perkawinan Kresna dengan Jembawati lambang persatuan Kresna dengan makhluk di dunia, dalam arti Kresna bisa manjing ajur ajer dapat bergaul dengan siapa saja. Rukmini jelmaan Bidadari bernama Dewi Sri yang terkernal sebagai dewi pelindung. Perkawinan Kresna dengan Rukmini memang sudah merupakan pasangan dari kedewatan, masing-masing jelmaan Wisnu dan Sri. Di kahyangan mereka bersatu, di dunia mereka pun harus bersatu sebagai pelindung dunia.

6. Kresna banyak terlibat dalam berbagai persoalan, terutama persoalan pribadi dengan anggota keluarga, persoalan priibadi dengan masyarakat sekeliling dan negara sekitar. Bila terjadi perselisihan antara Pandhawa dan Korawa, Kresna selalu berusaha mendamaikannya. Bila terjadi perselisihan antara keluarga Mandura, Kresna mmbela dan berpihak kepada yang benar. Bila berselisih dengan negara lain Kresna selalu membela rakyat dan negaranya.

7. Sikap hidup dan perilaku Kresna tercermin dalam berbagai cerita dan peristiwa. Dalam cerita perkaswinan, Kresna berjuang dan melawan musuh cintanya. Perkawinan dengan Rukmini ia bermusuhan dangn Drona dan Korawa. Dalam cerita Jawa kuna Kresna bermusuhan dengan Suteja raja Cedya. Perkawuinannya dengan Jembawati, Kresna dibantu Arjuna melawan Trisnacaya raja Sriwedari. Perkawinannya dengan Setyaboma, Kresna dibantu Arjuna harus membunuh raksasa Kala ketika melarikan Setyaboma. Dari cerita perkawinan itu dapat disimpulkan, bahwa Kresna sebagai manusia yang beristeri, ia harus berjuang seperti perjuangan manusia biasa dalam usaha memperoleh teman hidupnya.

8. Sifat dan watak pribadi Kresna dapat dilihat dari berbagai cerita riwayat hidup dan sikap hidupnya. Dalam cerita masa kanak-kanaknya, Kresna adalah anak luar biasa keberanian dan kesaktiannya. Pada masa dewasa Kresna sebagai remaja yang gemar bertapa, berkemauan keras dan pemberani. Sebagai anggota keluarga, Kresna suka menolong saudara-saudara yang dalam kesusahan dan membutuhkakn pertolongan. Selama berkedudukan sebagai raja Dwarawati, Kresna sebagai raja yang telah memahami dan mengamalkan makna yang terkandung dalam asthabrata. Artinya ia memiliki sifat delapan dewa yang mencerminkan kelebihan dan kehebatan para pemimpin atau pelindung dunia. Kresna berjiwa jujur, membela kebenaran dan keadilan. Sikap Kresna mencerminkan sifat-sifat ambek paramarta, ambek pinandhita dan ambek binathara.

9. Kresna berhasil berjuang hidup di dunia. Ia mati dan muksa kembali ke surga atau kadewatan dengan perantaraan saudaranya. Dalam cerita Mosalaparwa, Kresna muksa setelah terkena panah adiknya yang bernama Jara anak Basudewa. Ketika itu Kresna sedang memanjat dan sembunyi di sebatang pohon di tengah hutan dan melakukan Yoga.  *Jack*
www.padmoloekito.wordpress.com

Kamis, 25 November 2010

Bathari Durgo Vs Punokawan

Suatu hari di tegal tumaritis, terlihat barisan punokawan ( Gareng, Petruk, Bagong, Semar)berdiri berjajar memegang senjata siap perang…..tampak pula di kejauhan betari durga naik anjing kurapan menuju tegal tumaritis.Setelah berhadap-hadapan dan saling memandang..terlihat raut muka betari durga memerah bak tai rebus menahan amarah…sementara di sisi lain, barisan punokawan hanya tersenyum geli melihat raut muka betari durga yang marah..di mata mereka wajah itu bagai tai anjing di tumpukan sampah. (betari durga dengan wajah berapi-api berteriak bagai anjing kesurupan.)
 
Betari durga : Aku dengar dari abdiku, kalian memperolok-olok   aku…menghina aku, apa maksud kalian? bahkan kalian membunuh dan menyiksa para abdiku?

Gareng : he..he..ada yang salah dengan ucapan dan tindakan kami? Bukankah memang benar bahwa betari durga memang keturunan raksesi yang harus di basmi, kalau perlu di cincang buat makan anjing buduk

 Betari durga : lalu buat apa kalian semua memperolok-olok aku sedemikian rupa?

(pada waktu itu ketika para punokawan sedang melewati  desa di ujung kerajaan, mereka melihat segerombolan raksesi sedang membuat onar.Mereka sedang berusaha menculik warga untuk pemuas napsu mereka. Tetapi niat mereka terhalang oleh kedatangan para punokawan yang menghadang langkah mereka. Salah satu raksesi itu mencoba mengusir  dengan melempar sebatang gada  kearah para punokawan. tetapi gada tersebut luluh lantak sebelum menyentuh kulit salah satu punokawan. Sebelum hilang rasa heran mereka, para punokawan dengan secepat kilat berkelebat menyerang para raksesi, dan membuat barisan para raksesi kocar kacir bagai di terjang badai, Gareng tampak memimpin para punokawan menghancurkan atau mematahkan anggota tubuh para raksesi tanpa ampun. Sebuah pemandangan yang mengerikan, darah para raksesi tampak menggenangi tanah di sekitar arena pertempuran. Hanya ada satu raksesi yang dibiarkan hidup oleh  gareng, supaya melaporkan kepada betari durga junjungan mereka, dan sebelumnya gareng membuat buntung tangannya,sebelum raksesi itu pergi gareng mengancam mengatakan  bahwa semua raksesi  yang akan membuat onar akan di cincang tanpa terkecuali, bahkan gareng menantang supaya betari durga junjungan mereka untuk mempertanggung jawabkan perbuatan para abdinya. Lalu abdi tersebut tergopoh-gopoh melarikan diri kembali ke ke kerajaannya dan melaporkan kepada betari durga junjungannya. Betari durga tampak marah dan murka mendengar laporan raksesi abdinya, lalu segera ia menaiki anjing tunggangannya untuk menuju ke kediaman para punokawan di tegal tumaritis) 

Betari durga : Aku tidak terima, kalian memperlakukan para abdi ku sedemikian rupa…itu penghinaan…
Gareng : Punya abdi dengan perbuatan dan kelakuan seperti itu masih di bela? Heran….oallah….namanya juga raksesi laknat….kalau memang aku menantang, kamu mau apa? kalian pantas mati dan berkerak di neraka jahanam….bercermin….bercermin  

Gareng : Truk, papas serangan dari samping kanan..Gong…papas juga dari kiri…Pak semar..siapkann ajian kentutmu..aku akan memapas serangannya dari depan.
( serentak gareng, petruk, bagong berkelebat bersama-sama. terjadi pertarungan sengit, tapi apa daya, kesaktian betari durga masih jauh di bawah para punokawan. yang terjadi betari durga menjadi bulan2an para punokawan…tampak darah mengalir dari luka tubuh betari durga akibat  senjata para punokawan. tetapi betari durga masih memberikan perlawanan…karena saking jengkelnya, semar yang sedari tadi sudah ngeden menyiapkan ajian kentutnya, melompat tepat didepan muka betari durga, lalu membalikkan tubuhnya mengeluarkan ajian kentutnya, sampai2 sedikit tainya ikut menyembur kewajah betari durga…matilah betari durga seketika)
Gareng, Petruk, Bagong : Hidup bapak Semar…..Hidup kentut Semar..hidup Tai  semar.. Uhuuy.....!! 

pungkasan Carito:

Kentut dan Tai semar mujarab buat bunuh orang2 yang  merasa dirinya pantas untuk jadi kerak neraka jahanam, basmi penyimpangan basmi keangkara murkaan.